“PAKET PROGRAM QIRO’AH SAB’AH 15
RIWAYAT”
adalah program macam macam cara membaca al-qur’an yang berbeda. disebut
qiro’at tujuh karena ada tujuh imam qiro’at yang terkenal masyhur yang
masing-masing memiliki langgam bacaan tersendiri. tiap imam qiro’at memiliki
dua orang murid yang bertindak sebagai perawi. tiap perawi tersebut juga
memiliki perbedaan dalam cara membaca qur’an. sehingga ada 14 cara membaca
al-qur’an yang masyhur. Imam tersebut yakni :
1. Ibnu ‘Amir
2. Ibnu Katsir
3. ‘Ashim al-Kufy
4. Abu Amr.
5. Hamzah al-Kufy
6. Imam Nafi.
7. Al-Kisaiy
Inilah
Qiraat yang 7, adapun tambahannya adalah:
8. Qiraat Ya’kub bin IshaQ
Hadhrami.
9. Qiraat Khalaf bin Hisyam.
10. Qiraat Yazid bin Al- Qa’qa dikenali
sebagai Abu Ja’far
Disamping
itu terdapat pula Qiraat 14, yakni ditambah :
11. Qiraat Hasan Al Bashri.
12. Qiraat Yahya bin Al Mubarak
Al Yazid.
13. Qiraat Muhammad bin
Abdurrahman yang dipanggil Ibnu Muhaishan
14. Qiraat Abil- Faraj Muhammad
bin Ahmad Asy- Syanbuzi.
Program Qiro’at Sab’ah dapat
dijalankan pada komputer secara portable jadi tidak perlu menginstal, program
Qiro’at Sab’ah ini dilengkapi muratal yang dapat dipilih dan diputar sesuai
dengan perawi yang diinginkan, program ini juga dilengkapi dengan teks al
Qur’an yang berbeda sesuai dengan perawinya yang dapat dibedakan, karena setiap
teks yang memiliki perbedaan tata cara bacaanya sudah diberikan tanda warna
yang berbeda, program Qiro’at Sab’ah ini juga dilengkapi dengan biografi para
imam Qiro’at serta dilengkapi dengan audio penjelasan mengenai tata cara
membaca Qiro’at Sab’ah, berikut adalah tampilan dari program Qiro’at Sab’ah :
“PAKET PROGRAM QIRO’AT SAB’AH 15
RIWAYAT” yang kami
tawarkan diatas berkapasitas 4 GB dilengkapi dengan tata cara setting bahasa
arab pada win XP maupun win 7 yang dapat anda miliki hanya dengan Rp. 2.000.000 saja dan sudah termasuk biaya kirim
wilayah Jawa.
SEJARAH QIRA’AH SAB’AH
Qiro’at sab’ah atau qiro’at tujuh
adalah macam cara membaca al-qur’an yang berbeda. disebut qiro’at tujuh karena
ada tujuh imam qiro’at yang terkenal masyhur yang masing-masing memiliki
langgam bacaan tersendiri. tiap imam qiro’at memiliki dua orang murid yang
bertindak sebagai perawi. tiap perawi tersebut juga memiliki perbedaan dalam
cara membaca qur’an. sehingga ada empat belas cara membaca al-qur’an yang
masyhur.
Perbedaan cara membaca al-qur’an
sekali bukan dibuat-buat, baik dibuat oleh imam qiro’at maupun oleh perawinya.
cara membaca tersebut merupakan ajaran rasulullah dan memang seperti itulah
al-qur’an diturunkan.
Dari umar bin khathab, ia
berkata, “aku mendengar hisyam bin hakim membaca surat al-furqon di masa hidup
rasulullah. aku perhatikan bacaannya. tiba-tiba ia membaca dengan banyak huruf
yang belum pernah dibacakan rasulullah kepadaku, sehingga hampir saja aku
melabraknya di saat ia shalat, tetapi aku urungkan. maka, aku menunggunya
sampai salam. begitu selesai, aku tarik pakaiannya dan aku katakan kepadanya,
‘siapakah yang mengajarkan bacaan surat itu kepadamu?’ ia menjawab, ‘rasulullah
yang membacakannya kepadaku. lalu aku katakan kepadanya, ‘kamu dusta! demi
Allah, rasulullah telah membacakan juga kepadaku surat yang sama, tetapi tidak seperti
bacaanmu. kemudian aku bawa dia menghadap rasulullah, dan aku ceritaan
kepadanya bahwa aku telah mendengar orang ini membaca surat al-furqon dengan
huruf-huruf (bacaan) yang tidak pernah engkau bacakan kepadaku, padahal engkau
sendiri telah membacakan surat al-furqon kepadaku. maka rasulullah berkata,
‘lepaskanlah dia, hai umar. bacalah surat tadi wahai hisyam!’ hisyam pun
kemudian membacanya dengan bacaan seperti kudengar tadi. maka kata rasulullah,
‘begitulah surat itu diturunkan.’ ia berkata lagi, ‘bacalah, wahai umar!’ lalu
aku membacanya dengan bacaan sebagaimana diajarkan rasulullah kepadaku. maka
kata rasulullah, ‘begitulah surat itu diturunkan. Sesungguhnya Al-Qur’an itu
diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah dengan huruf yang mudah bagimu di
antaranya.’” [HR Bukhari, Muslim, Abu
Dawud, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Jarir]
Mengenai makna dari ‘tujuh huruf’
tersebut ada dua pendapat yang kuat. pertama adalah tujuh macam bahasa dari
bahasa-bahasa arab mengenai satu makna:
Quraisy, Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim, dan Yaman.
Diumpamakan kalau Dulu
menggunakan ejaan yang lama bahasa Indonesia " Doeloe " dengan ejaan
yang telah disempurnakan " dulu " lafadz berbeda dengan bunyi yang
sama. maka Tulisan "Doeloe" di rubah menjadi "dulu"
tulisannya berubah tapi bacaannya sama. Padahal Bahasa Indonesia Bahasa
Pemersatu Bangsa.
Hikmah diturunkannya al-qur’an
dengan tujuh huruf antara lain: Memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa ummi,
Bukti kemukjizatan Al-Qur’an dari sisi kebahasaan orang arab, dan Kemukjizatan
dalam aspek makna dan hukum (ketujuh huruf tersebut memberikan deskripsi hukum
yang dikandung al-qur’an dengan lebih komprehensif dan universal).
At-Turmudzy
Juga meriwayatkan dari Ubay bin
Ka’ab, ia mengatakan: “Rasulullah SAW berjumpa dengan Jibril di gundukan
Marwah”. Ia (Ka’ab) berkata: “Kemudian Rasul berkata kepada Jibril bahwa aku
ini diutus untuk ummat yang ummy (tidak bisa menulis dan membaca).
Diantaranya ada yang kakek-kakek tua, nenek-nenek bangka dan anak-anak”. Jibril
menjawab: “Perintahkan, membaca Al-Qur’an dengan tujuh huruf”. Imam Turmudzy
mengatakan: “Hadits ini hasan lagi shahih”.
Dalam
suatu lafazh lain disebutkan: “Barangsiapa membacanya dengan satu huruf saja
berarti telah membaca seperti ia (Nabi) membaca”.
Dituturkan dalam lafazh
Hudzaefah, kemudian aku berkata: “Wahai Jibril bahwa aku diutus untuk ummat
yang ummiyah di dalamnya terdapat orang lelaki, perempuan, anak-anak,
pelayan (babu) dan kakek tua yang tidak bisa membaca sama sekali”. Jibril balik
berkata: “Bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf”.
Jumlah Qira’at Dan Aneka Ragam
Pendapat Tentang Qira’at
Qira’at ada macam-macam jenisnya.
pendapat tentang qira’at itu sendiri juga sangatlah beragam dan semua pendapat
tersebut sangatlah berbobot seperti yang tertera di bawah ini.Pengarang kitab Al-Itqan
menyebutkan macam-macam qira’at itu ada yang mutawatir, masyhur, Syadz,
ahad, maudhu’ dan mudarraj[3].
Qadhi’ Jalaluddin al-Bulqiny
mengatakan: Qira’at itu terbagi ke dalam: mutawatir, ahad dansyadz.
Yang mutawatir adalah qira’at
tujuh yang masyhur. Yang ahad adalah qira’at tsalatsa (tiga) yang
menjadi pelengkap qira’ah ‘asyrah (sepuluh), yang kesemuanya
dipersamakan dengan qira’at para sahabat. Adapun qira’at yang syadz ialah
qira’at para tabi’in seperti qira’at A’masy, Yahya ibnu Watsab, Ibnu Jubair dan
lain-lain.
Imam as-Suyuthy mengatakan bahwa
kata-kata di atas perlu ditinjau kembali. Yang pantas untuk berbicara
dalam bidang ini adalah tokoh qurra’ pada masanya yang bernama Syaikh Abu
al-Khair ibnu al-Jazary dimana beliau mengatakan dalam muqaddimah kitabnya An-Nasyr:
“Semua qira’at yang sesuai dengan bacaan Arab walau hanya satu segi saja dan
sesuai dengan salah satu mushhaf Utsmany walaupun hanya sekedar mendekati serta
sanadnya benar maka qira’at tersebut adalah shahih (benar), yang tidak ditolak
dan haram menentangnya, bahkan itu termasuk dalam bagian huruf yang tujuh
dimana Al-Qur’an diturunkan. Wajib bagi semua orang untuk
menerimanya baik timbulnya dari imam yang tujuh maupun dari yang sepuluh atau
lainnya yang bisa diterima. Apabila salah satu persyaratan yang tiga tersebut
di atas tidak terpenuhi maka qira’at itu dikatakan qira’at yang syadz atau
bathil, baik datangnya dari aliran yang tujuh maupun dari tokoh yang lebih
ternama lagi. Inilah pendapat yang benar menurut para muhaqqiq dari kalangan
salaf maupun khalaf.
Pengarang kitab Ath-Thayyibah
dalam memberikan batas diterimanya qira’at mengatakan: Setiap bacaan yang
sesuai dengan nahwu, mirip dengan tulisan mushhaf Utsmany, benar adanya itulah
bacaan. Ketiga sendi ini, bila rusak salah satunya menyatakan itu cacat, meski
dari qira’at sab’ah datangnya.
Qira’at ada yang mengartikan qira’at
sab’ah, qira’at sepuluh dan qira’at empat belas. Semuanya
yang paling terkenal dan nilai kedudukannya tinggi ialah qira’at sab’ah.
Qira’at sab’ah
(tujuh) adalah qira’at yang dinisbatkan kepada imam yang tujuh dan terkenal,
yaitu: Nafi’, Ashim, Hamzah, Abdullah bin Amir, Abdullah ibnu Katsir, Abu Amer
ibnu ‘Ala’ dan Ali al-Kisaiy.
Qira’at ‘asyar
(sepuluh) adalah qira’at yang tujuh ditambah dengan qira’at: Abi Ja’far, Ya’qub
dan Khalaf.
Qira’at arba’ ‘asyar
(empat belas) yaitu qira’at yang sepuluh ditambah empat qira’at: Hasan
al-Bashry, Ibnu Mahish, Yahya al-Yazidy dan asy-Syambudzy.
Qiro`ah Sab`ah adalah Qiro`ah
Utsmani.
Pengertian ‘Tujuh Huruf’
Pendapat
yang paling masyhur mengenai pentafsiran Sab’atu Ahruf adalah pendapat Ar- Razi
dikuatkan oleh Az-Zarkani dan didukung oleh jumhur ulama. Perbedaan yang
berkisar pada tujuh wajah;
1.
Perbedaan pada bentuk isim , antara mufrad, tasniah, jamak muzakkar atau
mu’annath. Contohnya,
وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ
وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (Al-Mukminun:
Lafad bergaris dibaca secara
jamak لأمَانَاتِهِمْ dan mufrad لأمَانتِهِمْ.
2.
Perbedaan bentuk fi’il madhi , mudhari’ atau amar. Contohnya,
فَقَالُوا رَبَّنَا بَاعِدْ
بَيْنَ أَسْفَارِنَاٍ (Saba’
: 19)
Sebahagian
qiraat membaca lafad ‘rabbana’ dengan rabbuna, dan dalam kedudukan yang lain
lafad ‘ba’idu’ dengan ‘ba’ada’.
3.
Perbedaan dalam bentuk ‘irab.
Contoh, lafad إِذَا تَبَايَعْتُمْ وَلا يُضَارَّ كَاتِبٌ (Al-Baqarah: 282) dibaca dengan disukunkan
huruf ‘ra’ sedangkan yang lain membaca dengan fathah.
4.
Mendahulukan (taqdim) dan mengakhirkan (ta’khir).
Contoh,
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ
بِالْحَق (Surah Qaf: 19) dibaca dengan didahulukan ‘al-haq’ dan
diakhirkan ‘al-maut’,وَجَاءَتْ سَكْرَةُالْحَق
بِالْمَوْتِ . Qiraat
ini dianggap lemah.
5.
Perbedaan dalam menambah dan mengurangi.
Contoh
ayat 3, Surah al-Lail,
وَمَا خَلَقَالذَّكَرَ
وَالأنْثَى
Ada
qiraat yang membuang lafad ‘ma kholaqo’(bergaris).
6.
Perbedaan ibdal (ganti huruf).
Contoh,
kalimah ‘nunsyizuha’ dalam ayat 259 Surah al-Baqarah dibaca dengan ‘nunsyiruha’
(‘zai’ diibdalkan dengan huruf ‘ra’).
7.
Perbedaan lahjah
Seperti
dalam masalah imalah, tarqiq, tafkhim, izhar, idgham dan sebagainya. Perkataan
‘wadduha’ dibaca dengan fathah dan ada yang membaca dengan imalah (teleng)
dengan bunyi ‘wadduhe’ (sebutan antara fathah dan kasrah).
Itulah
tujuh Imam yang tak diragukan lagi.
1. Ibnu ‘Amir
Nama
lengkapnya adalah Abdullah al-Yahshshuby seorang qadhi di Damaskus pada masa
pemerintahan Walid ibnu Abdul Malik. Pannggilannya adalah Abu Imran. Dia adalah
seorang tabi’in, belajar qira’at dari Al-Mughirah ibnu Abi Syihab al-Mahzumy
dari Utsman bin Affan dari Rasulullah SAW. Beliau Wafat di Damaskus pada tahun
118 H. Orang yang menjadi murid, dalam qira’atnya adalah Hisyam dan Ibnu
Dzakwan.
Dalam hal ini pengarang Asy-Syathiby
mengatakan: “Damaskus tempat tinggal Ibnu ‘Amir, di sanalah tempat yang megah
buat Abdullah. Hisyam adalah sebagai penerus Abdullah. Dzakwan juga mengambil
dari sanadnya.
2. Ibnu Katsir
Nama
lengkapnya adalah Abu Muhammad Abdullah Ibnu Katsir ad-Dary al-Makky, ia adalah
imam dalam hal qira’at di Makkah, ia adalah seorang tabi’in yang pernah hidup
bersama shahabat Abdullah ibnu Jubair. Abu Ayyub al-Anshari dan Anas ibnu Malik,
dia wafat di Makkah pada tahun 120 H. Perawinya dan penerusnya adalah al-Bazy
wafat pada tahun 250 H. dan Qunbul wafat pada tahun 291 H.
Asy-Syathiby
mengemukakan: “Makkah tempat tinggal Abdullah. Ibnu Katsir panggilan kaumnya.
Ahmad al-Bazy sebagai penerusnya. Juga….. Muhammad yang disebut Qumbul namanya.
3. ‘Ashim al-Kufy
Nama
lengkapnya adalah ‘Ashim ibnu Abi an-Nujud al-Asady. Disebut juga dengan Ibnu
Bahdalah. Panggilannya adalah Abu Bakar, ia adalah seorang tabi’in yang wafat
pada sekitar tahun 127-128 H di Kufah. Kedua Perawinya adalah; Syu’bah wafat
pada tahun 193 H dan Hafsah wafat pada tahun 180 H.
Kitab Syathiby dalam
sya’irnya mengatakan: “Di Kufah yang gemilang ada tiga orang. Keharuman mereka
melebihi wangi-wangian dari cengkeh Abu Bakar atau Ashim ibnu Iyasy
panggilannya. Syu’ba perawi utamanya lagi terkenal pula si Hafs yang terkenal
dengan ketelitiannya, itulah murid Ibnu Iyasy atau Abu Bakar yang diridhai.
4. Abu Amr
Nama
lengkapnya adalah Abu ‘Amr Zabban ibnul ‘Ala’ ibnu Ammar al-Bashry, sorang guru
besar pada rawi. Disebut juga sebagai namanya dengan Yahya, menurut sebagian
orang nama Abu Amr itu nama panggilannya. Beliau wafat di Kufah pada tahun 154
H. Kedua perawinya adalah ad-Dury wafat pada tahun 246 H. dan as-Susy wafat
pada tahun 261 H.
Asy-Syathiby
mengatakan: “Imam Maziny dipanggil orang-orang dengan nama Abu ‘Amr al-Bashry,
ayahnya bernama ‘Ala, Menurunkan ilmunya pada Yahya al-Yazidy. Namanya terkenal
bagaikan sungai Evfrat. Orang yang paling shaleh diantara mereka, Abu Syua’ib
atau as-Susy berguru padanya.
5. Hamzah al-Kufy
Nama
lengkapnya adalah Hamzah Ibnu Habib Ibnu ‘Imarah az-Zayyat al-Fardhi ath-Thaimy
seorang bekas hamba ‘Ikrimah ibnu Rabi’ at-Taimy, dipanggil dengan Ibnu ‘Imarh,
wafat di Hawan pada masa Khalifah Abu Ja’far al-Manshur tahun 156 H. Kedua
perawinya adalah Khalaf wafat tahun 229 H. Dan Khallad wafat tahun 220 H.
dengan perantara Salim.
Syatiby
mengemukakan: “Hamzah sungguh Imam yang takwa, sabar dan tekun dengan
Al-Qur’an, Khalaf dan Khallad perawinya, perantaraan Salim meriwayatkannya.
6. Imam Nafi.
Nama
lengkapnya adalah Abu Ruwaim Nafi’ ibnu Abdurrahman ibnu Abi Na’im al-Laitsy,
asalnya dari Isfahan. Dengan kemangkatan Nafi’ berakhirlah kepemimpinan para
qari di Madinah al-Munawwarah. Beliau wafat pada tahun 169 H. Perawinya adalah
Qalun wafat pada tahun 12 H, dan Warasy wafat pada tahun 197 H.
Syaikh
Syathiby mengemukakan: “Nafi’ seorang yang mulia lagi harum namanya, memilih
Madinah sebagai tempat tinggalnya. Qolun atau Isa dan Utsman alias Warasy, sahabat
mulia yang mengembangkannya.
7. Al-Kisaiy
Nama lengkapnya adalah Ali Ibnu
Hamzah, seorang imam nahwu golongan Kufah. Dipanggil dengan nama Abul Hasan,
menurut sebagiam orang disebut dengan nama Kisaiy karena memakai kisa
pada waktu ihram. Beliau wafat di Ranbawiyyah yaitu sebuah desa di Negeri Roy
ketika ia dalam perjalanan ke Khurasan bersama ar-Rasyid pada tahun 189 H.
Perawinya adalah Abul Harits wafat pada tahun 424 H, dan ad-Dury wafat tahun
246 H. [4]
Inilah
Qiraat yang 7, adapun tambahannya adalah:
8. Qiraat Ya’kub bin IshaQ
Hadhrami. Meninggal 250 Hijrah.
9. Qiraat Khalaf bin Hisyam.
Meninggal 229 Hijrah.
10. Qiraat Yazid bin Al- Qa’qa
dikenali sebagai Abu Ja’far. Meninggal 130 Hijrah.
Disamping
itu terdapat pula Qiraat 14, yakni ditambah :
11. Qiraat Hasan Al Bashri.
Meninggal 110 Hijrah.
12. Qiraat Yahya bin Al Mubarak
Al Yazid. Meninggal 202 Hijrah.
13. Qiraat Muhammad bin Abdurrahman
yang dipanggil Ibnu Muhaishan. Meninggal 123 Hijrah.Q
F. Syarat-Syarat Qiraat yang
Muktabar dan Jenisnya
Untuk
menangkal penyelewengan Qiraat yang sudah mulai muncul, para ulama membuat
persyaratan-persyaratan bagi qiraat yang dapat diterima. Hal ini untuk
membedakan Qiraat yang benar dan yang aneh/asing (Syazzah). Para ulama
membuat tiga syarat. Pertama, Qiraat itu sesuai dengan bahasa Arab
meskipun menurut satu jalan. Kedua, Qiraat itu sesuai dengan salah satu
mushaf-mushaf utsmani. Ketiga, sahih sanadnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar